Bila kita kilas balik lima atau sepuluh tahun ke belakang, mungkin kita tidak menyangka bahwa hidup dan perilaku sosial akan berubah begitu cepat.
Perubahan cepat yang dibuat oleh teknologi komunikasi bernama media sosial, betul-betul mengubah perilaku manusia terutama anak muda. Dari bangun tidur, hingga mau tidur lagi.
Perubahan cepat itu tanpa sadar membuat kita meninggalkan pola-pola perilaku sosial sebelumnya. Semua keinginan seperti bisa didapat melalui sentuhan gawai. Kita seakan tercerabut dari kebiasaan-kebiasaan perilaku lama.
Nah, perubahan itulah yang sering kita dengar sebagai disrupsi. Dan era saat kita hidup sekarang disebut dengan era disrupsi, di mana kemajuan teknologi secara cepat mengubah lanskap segala aspek kehidupan secara fundamental.
Salah satu contoh nyata yang paling jelas adalah terjadinya pergeseran dari pemakaian telepon rumah menuju penggunaan smartphone, yang mengubah cara berkomunikasi, serta memberikan dampak signifikan pada aspek perilaku sosial lainnya.
Era disrupsi membawa peluang besar bagi orang-orang yang bisa beradaptasi dengan cepat, tetapi juga menjadi tantangan besar dan menimbulkan pelbagai persoalan baru.
Tidak bisa dipungkiri media sosial memberikan banyak kemudahan dalam berkomunikasi, berbagi informasi. Medsos telah menghubungkan orang-orang dari pelbagai belahan dunia. Namun ada juga risiko yang perlu diwaspadai.
Tren-tren seperti perbandingan sosial, perundungan online, flexing, dan kecanduan media sosial merupakan sederet permasalahan baru yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi tersebut. Siapa yang mengalami? Tentu mereka yang tidak memanfaatkan teknologi tersebut secara positif, dan mereka yang belum mampu bersosial media secara mandiri dan independen.
Maksud mandiri dan independen di sini, adalah memahami utilitas setiap teknologi komunikasi dan mampu menerapkannya sesuai tingkat kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh dirinya.
Well, tips sederhana menjaga kesehatan mental di era media sosial adalah dengan membatasi waktu yang dihabiskan untuk berselancar di platform medsos.
Menghabiskan terlalu banyak porsi waktu untuk menikmati kenikmatan dunia maya dapat mengguncang keseimbangan mental kita antara dunia virtual dan dunia nyata.
Waktu yang kita alokasikan untuk beristirahat, beraktivitas fisik, dan berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitar perlu kita perhitungkan dan tata ulang supaya bisa membantu mengurangi tekanan mental akibat terpapar candu media sosial.
Selain itu, tidak kalah penting juga untuk membangun kesadaran diri tentang perbandingan sosial yang sering terjadi di media sosial. Mari kita lihat! Banyak orang cenderung memamerkan momen bahagia dan capaian hidup mereka di media sosial, tetapi yang jarang disadari adalah bahwa itu hanya bagian kecil dari kehidupan mereka yang sebenarnya.
Kita perlu tahu bahwa apa yang setiap saat ditampilkan di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan yang terjadi sebenarnya.
Berikan porsi waktu lebih intens untuk berinteraksi secara fisik di dunia nyata. Itu akan sangat menyehatkan mental dan pikiran. Sebab, memiliki dukungan sosial yang kuat dalam kehidupan nyata (misalnya dari keluarga dan teman dekat), dapat membantu mengatasi tekanan psikis akibat ekspektasi yang terlalu tinggi atau perasaan rendah diri melihat kehidupan tidak nyata di media sosial.
Jadi, era disrupsi itu senjata bermata dua: kamu bisa hebat tetapi juga bisa celaka. Jika bukan fisikmu, mungkin yang akan kena dampak negatifnya adalah mental dan kejiwaanmu. Keseimbangan adalah kunci untuk mengatasi tantangan era disrupsi. Petakan kebutuhanmu dan perkuat imunitas mentalmu terlebih dahulu sebelum hidup di dunia maya yang tidak bersekat itu. Ingat, tidak semua yang ada di medsos itu penting-penting amat buatmu.
Comments