Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh membicarakan persoalan – persoalan kebangsaan Indonesia, dalam rangka memperingati 50 Tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.
Pertama saya harus menghantarkan pertemuan ini dengan mengucapkan selamat hari ulang tahun yang ke 50 untuk CSIS, lembaga yang paling ternama di negeri ini. Ada begitu banyak hal yang patut disorot di Indonesia saat ini. Masalah menurunnya persepsi demokrasi yang ada di negeri ini berdasarkan penilaian dari lembaga-lembaga penilai demokrasi, adalah salah satunya. Sejujurnya kita harus menempatkannya sebagai suatu permasalahan kita bersama.
Kita telah memasuki era demokrasi yang menurut saya sungguh luar biasa kemajuannya. Dibandingkan dengan beberapa waktu dalam perjalanan kemerdekaan yang telah kita lalui bersama, demokrasi yang kita buat itu telah melampaui sesuatu yang luar biasa sekali. Kita juga bertanya, sejauh mana efektivitas model dan sistem demokrasi yang ada yang kita miliki saat ini untuk bisa lebih mempercepat harapan dan mencapai cita – cita kemerdekaan kita. Ini jauh lebih penting bagi kita, daripada berbagai masalah penilaian yang ada di luar bangsa – bangsa ini.
Kita mengapresiasi berbagai pandangan, pendapat apapun dan darimanapun. Itu adalah dampak dari esensi demokrasi itu sendiri. Tapi yang paling penting adalah perenungan yang ada pada kita saat ini. Pada saat kita mencapai 76 Tahun kemerdekaan kita dengan model sistem dan demokrasi saat ini, pertanyaannya adalah mampukah kita mempertahankan kehidupan kebangsaan kita sebagaimana yang diharapkan oleh pendiri partai?
Saya terus terang mengakui, saya menikmati sistem demokrasi seperti ini, tapi disisi lain saya mempunyai perasaan was – was, mempunyai perasaan tidak confident. Bahwasannya demokrasi yang ada seperti ini apabila tidak di supervisi secara baik oleh para elit bangsa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang jauh lebih kokoh, kuat, dan memahami bahwasannya arti kebebasan tidak hanya berhenti saat sudah membuat kebebasan, namun kebebasan tersebut tidaklah absolute. Kebebasan tetap memerlukan responsibility sebagai bentuk sebuah kebebasan yang bertanggung jawab.
Masyarakat saat ini cenderung hanya mengerti tentang hak – hak mereka yang tidak boleh dikurangi sedikitpun oleh siapa saja, termasuk oleh pemerintah. Tetapi disisi lain, kesadaran masyarakat kita tidak seimbang dengan respon, antuasiasme, dan keinginan apa yang telah mereka peroleh dari kebebasan – kebebasan mereka sendiri. Artinya, negeri ini masih memerlukan suatu proses peng edukasian, yakni suatu proses pendidikan bagaimana agar membangun kesadaran masyarakat kita. Paling tidak semakin mendekati keseimbangan antara hak – hak yang mereka miliki dengan kewajiban – kewajiban yang mereka sertakan. Kalau ini belum seimbang, bahkan terjadi kepincangan, ini mempunyai resonansi dan implikasi terhadap aspek kehidupan yang kita miliki. Kita mau semuanya, kita mau penilaian yang lebih hebat dari seluruh bangsa di dunia, bahwasannya negara kita ini adalah negara yang paling menjunjung demokrasi.
Kita paling khawatir kalau ada persepsi yang menyatakan berdasarkan indeks apapun, bahwa demokrasi kita ini sudah menurun. Tetapi kita harus lihat realitanya, di satu sisi politik identitas kita makin menguat, isu sara masih ada di kanan kiri kita. Lantas apakah nilai – nilai pluralisme yang dibangun dengan kesadaran tinggi dan rasa empati dalam diri kita ini telah dijalankan sepenuhnya? Ini belum saya lihat di dalam realita kehidupan keseharian kita, di tengah – tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekali lagi saya harus nyatakan, bagi saya dan bagi NasDem, demokrasi bukanlah tujuan. Tidak ada urusan dengan demokrasi sebagai sesuatu yang dikatakan tujuan bagi kehidupan kita.
Demokrasi adalah sebuah tools equipments, yakni suatu sistem yang kita sepakati untuk menghantarkan tujuan kita. Kita bisa mengaturnya, bisa merubahnya, dan kita juga bisa menempatkannya secara lebih baik. Itulah sebenarnya arti demokrasi yang kita harapkan dalam keseharian kita. Demokrasi apa yang kita miliki hari ini kalau tidak di supervisi oleh mereka yang memiliki otoritas di negara ini?
Sejujurnya memang harus ada kesepakatan diantara para elit bangsa ini. Karena bagaimanapun juga, kita memahami bahwa budaya masyarakat di negeri adalah budaya paternalisitic. Para elit menentukan sekali arah perjalanan kehidupan kebangsaan kita kedepan. Kita tidak bisa mengharapkan akan timbul peran dan partisipasi publik atau masyarakat bawah yang langsung bisa memahami hakikat dan hakiki nya dari sebuah demokrasi. Ada proses yang harus terus menerus dilakukan. Ada proses edukasi yang juga harus terus menerus kita lakukan. Pendidikan politik harus tetap berlanjut. Disinilah peran intitusi – intitusi resmi harus bisa memberikan peran sebagaimana mestinya, khususnya partai politik”.
Kita harus kembali kepada komitmen dan cita – cita kenapa partai itu didirikan? Untuk apa mendirikan partai? Untuk apa ada partai politik ketika konsistensi itu sudah tidak ada lagi? Kita sudah sukar menjawab pertanyaan bagaimana mengatasi permasalahannya, tapi kalau memang ada konsistensi disana, ada budaya malu untuk melakukan hal – hal yang tidak semestinya kita lakukan, maka sepatutnya kita laksanakan.
Saya pikir seberat dan se complicated apapun masalah dihadapi negeri ini, kita punya optimisme untuk menghadapinya. Tetapi optimisme kita akan terganggu ketika terjadi perdebatan yang konyol diantara kita sendiri. Ketika politik tanpa mahar masih dianggap main – main dan ketika politik tanpa mahar dianggap milenialism, sementara ada upaya secara ikhlas, tulus, dan jujur untuk ingin melaksanakan dan menerapkan model politik tanpa mahar itu sebagai suatu sumbangsih proses pendidikan politik yang berlangsung di negeri ini. Pada akhirnya ini berhubungan kembali kepada kesabaran, ketabahan, dan konsistensi dari siapapun yang ingin melaksanakan politik tanpa mahar itu.
Upaya – upaya membuka lapangan kerja itu tidak boleh terhenti dan kita tidak berharap UMKM akan menjadi UMKM sepanjang masa. Harapan kita UMKM akan tumbuh dan berkembang hingga menjadi sebuah perusahaan – perusahaan korporasi yang lebih besar, itu adalah harapan bersama. Kalau ditanya bagaimana dan apa saja upaya apa yang bisa kita lakukan untuk mewujudkannya? Disini kita sudah melihat pemerintah memiliki Menteri UMKM yang bertugas mengurus UMKM itu sendiri secara khusus. Sektor UMKM ini sudah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan pembangunan di negeri ini. Sektor pembangunan kita dipengaruhi oleh UMKM itu adalah real. Sektor real kita memang harus diperkuat kembali, dan saat ini yang paling kokoh untuk bergerak disana adalah UMKM.
NasDem menempatkan moto perjuangannya dengan membawa gerakan perubahan untuk merestorasi Indonesia. Itu adalah bagian dari suatu gerakan yang harus berkelanjutan dari waktu ke waktu. Mungkin saja hasilnya tidak bisa dirasakan, tetapi perjuangannya harus berlanjut, dan bisa berkelanjutan untuk generasi berikutnya. Gerakan perubahan harus diiringi dengan penegasan untuk merobah pola pikir, sikap, dan mental kita yang sudah terbiasa dengan kepura – puraan. Kita begitu gampang untuk berpura – pura penuh dengan kemunafikkan, ini yang harus kita mampu untuk merubahnya menjadi sebuah keterus terangan. Kita mudah hanya menyalahkan orang lain di luar sana, tetapi kita sendiri terlalu sulit untuk menyalahkan diri sendiri, maka ini yang harus kita ubah.
Kita sepakat bahwasanya dengan mengedepankan improvement kondisi keadaan sumber daya manusia kita, akan ada proses achievement yang berkelanjutan dan memang itu harus dilakukan. Itulah mengapa NasDem berupaya sepenuhnya melalui proses penyederhanaan partai – partai politik dengan meningkatkan elektoral treeshold dan parlemental tresshold. NasDem mengusulkan ambang batas 7%, yang dipikirkan dan diprioritaskan oleh NasDem adalah kepentingan nasional. Bahkan jangan – jangan dengan ambang batas 7% tersebut belum tentu NasDem akan lolos. Namun itulah kekuatan tekad dan semangat. Bagi saya lebih bagus NasDem kalah dan tidak masuk di parlemen, namun impactnya Indonesia akan lebih hebat.
Tanpa mengurangi pikiran – pikiran kritis kita yang harus tetap terjaga terhadap aturan dan kebijakan pemerintah, saya harus mengakui bahwa pemerintah saat ini sudah pontang – panting melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Upaya maksimal dan kerja keras sudah mereka upayakan sedemikian rupa. Saat ini mereka barangkali mungkin membutuhkan pikiran – pikiran yang sedikit menghibur dari kita semua rakyat Indonesia. Pemerintah sudah overload dengan berbagai macam hal yang mengkritisi. Oleh karenanya, saat ini saya tidak mau memasukkan pemikiran yang bersifat mengkritisi lagi. Pandemi Covid-19 ini tidak hanya terjadi di negeri kita saja, melainkan di seluruh negara, dimana saja. Maka saat ini satu-satunya hal paling penting yang kita bisa titip kepada pemerintah adalah transparansi yang harus tetap terjaga.
Comments